Jakarta (WWT) - Tahukah Anda kenapa Suriah hancur? Karena Presiden Suriah
Bashar Assad menolak proyek pompa gas menuju Qatar, Arab Saudi,
Yordania dan Turki yang dapat disedot oleh Eropa secara langsung. Arab
Saudi dan Turki adalah kroni Amerika yang pro Israel. Negara-negara
itulah yang kemudian menciptakan kekacauan, pemberontakan, terorisme dan
instabilitas politik di Suriah dengan isu SARA melalui kucuran dana,
senjata, buku agama, fatwa, ulama dan ideologi Wahabi radikalnya.
Amerika berkepentingan untuk menjatuhkan Suriah yang pro Iran dan pro Rusia serta menguasai sumber daya minyaknya. Amerika juga berkepentingan untuk melemahkan Suriah yang konsisten menjadi ancaman sekutunya yaitu Israel di kawasan Teluk. Bersama Arab Saudi, Turki dan berbagai media mainstream internasional mereka melancarkan propaganda dan penyesatan opini publik yang mengaitkan isu ini sebagai perang sektarian antara Sunni dan Syiah.
Amerika berkepentingan untuk menjatuhkan Suriah yang pro Iran dan pro Rusia serta menguasai sumber daya minyaknya. Amerika juga berkepentingan untuk melemahkan Suriah yang konsisten menjadi ancaman sekutunya yaitu Israel di kawasan Teluk. Bersama Arab Saudi, Turki dan berbagai media mainstream internasional mereka melancarkan propaganda dan penyesatan opini publik yang mengaitkan isu ini sebagai perang sektarian antara Sunni dan Syiah.
Akhirnya ribuan mujahid Wahabi dari
seluruh dunia berkumpul di Suriah dan mengakibatkan Perang Saudara yang
meluluhlantakkan Suriah, negara demokratis dan pluralis yang sebelumnya
secara ekonomi dan politik termasuk paling mapan di kawasan Timur Tengah
selama beberapa dekade. Inilah yang disebut sebagai strategi Proxy War
(Perang Boneka) yang mungkin juga sedang dijalankan di Indonesia saat
ini.
Ada video rekaman saat Hillary Clinton mengucapkan
“mari kita manfaatkan Wahabi” di sidang parlemen Amerika. (ada
kemungkinan Hillary kalah dalam Pilpres Amerika karena email pribadi dia
diretas oleh Rusia yang pro Asaad dan disebarkan ke seluruh amerika
bahwa Hillary menerima kucuran dana dari Arab ke yayasan Clinton yang
mengindikasikan keterlibatannya dalam pembentukan teroris ISIS). Banyak
juga bukti keterlibatan Arab Saudi, Turki dan Amerika dalam perang
Suriah ini. Ratusan mujahid Indonesia juga berangkat ke Suriah karena
isu perang Sunni-Syiah yang dihembuskan oleh fatwa dan ideologi Wahabi
yang disponsori oleh Turki dan Arab Saudi yang merupakan kroni Amerika
dalam “perang minyak yang mengatasnamakan agama” ini.
Dari
Suriah mari kita berkaca pada kejadian sejarah di Indonesia. Pada
Agustus 1959 Direktur Freeport Sulphur Forbes Wilson bertemu dengan Jan
van Gruisen, managing director dari East Borneo Company yang
menceritakan bahwa dirinya baru saja menemukan sebuah gunung emas di
Papua. Freeport pun memutuskan untuk meneken kontrak eksplorasi dengan
East Borneo Company pada 1 Februari 1960.
Tapi
perjanjian kerja sama antara East Borneo Company dan Freeport menjadi
mentah karena Pemerintahan AS yang saat itu dikuasai John F Kennedy
(JFK) justru membela Indonesia, dan mengancam akan menghentikan bantuan
Marshall Plan kepada Belanda jika tetap ngotot mempertahankan Irian
Barat. Tapi kemudian Kennedy mati ditembak pada 22 November 1963.
Soekarno
pada tahun 1961 memutuskan kebijakan baru kontrak pertambangan yang
mengharuskan 60 persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia.
Amerika sebagai salah satu dari investor pertambangan terbesar di
Indonesia jelas sangat terpukul oleh kebijakan Soekarno ini. Selama
beberapa dekade, CIA telah terlibat dalam berbagai upaya untuk membunuh
dan menjatuhkan Sukarno. Sudarto Danusubroto, pengawal pribadi dan
ajudan Sukarno mengatakan ada 7 kali percobaan pembunuhan terhadap
Soekarno dan hal ini dibenarkan oleh eks Wakil Komandan Tjakrabirawa,
Kolonel Maulwi Saelan. Usaha kudeta pertama pada tahun 1958 gagal
mengguncangkan pemerintahan Sukarno. Tetapi pada tahun 1965, mereka
akhirnya berhasil menyingkirkan Sukarno.
Peran penting
Suharto menempatkannya di kursi kepresidenan pada tahun 1967. Pada tahun
1998, Pemerintah Amerika mengklasifikasikan sejumlah dokumen yang
menggambarkan berbagai operasi rahasia CIA di Indonesia. Kesuksesan dari
strategi CIA di Indonesia digunakan lagi untuk menggulingkan Presiden
Cile, Salvador Allende melalui kudeta tentara pimpinan Jendral Agusto
Pinochet dengan nama sandi " Jakarta Operation."
Pasca
Suharto berkuasa perjanjian komposisi saham PT. Freeport Indonesia
adalah 81,28% dimiliki oleh Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.
(AS), 9,36% milik Pemerintah Indonesia dan 9,36% dimiliki oleh PT.
Indocopper Investama milik Bob Hassan, kroni Soeharto (namun kini
dikuasai Bakrie, jadi jangan heran jika TV One milik Bakrie dulu selalu
anti Jokowi). Sejak pertama penambangan sampai saat ini, PT. Freeport
konon sudah menghasilkan sebanyak 724,7 juta ton emas (angka ini mungkin
bisa ditelusuri lagi kebenarannya, yang jelas ada banyak sekali) dari
bumi Indonesia yang hasilnya sebagian besar dikuasai oleh Amerika dan
pejabat korup Indonesia.
Freeport McMoran adalah
perusahaan tambang emas terbesar di dunia. Dan tambang Freeport di Papua
adalah tambang emas terbesar di dunia yang menghasilkan 225 ribu ton
biji emas setiap harinya selama 42 tahun. Tapi hampir 90% sahamnya
dimiliki oleh Amerika sedang pemerintah dan rakyat Indonesia hanya
menikmati bagian yang sangat kecil saja. Amerika kaya raya dari hasil
bumi Indonesia.
Tapi semenjak Jokowi berkuasa, para
pejabat korup dan Amerika kalang kabut karena kenikmatan dan pundi-pundi
uang mereka makin terancam. Selama ini semua negosiasi berhasil
dimenangkan oleh Freeport. Presiden sebelumnya tidak ada yang berani
menaikkan bergaining apalagi mengubah dari Kontrak Karya menjadi Ijin
Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Kali ini, dengan sikap Jokowi yang
berani dan koepig (keras kepala) Freeport tak berdaya dan akan
memberikan divestasi saham 51 persen kepada pemerintah. Akhirnya
Freeport kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
Amerika tentu
tidak tinggal diam dengan kerugiannya yang luar biasa ini. Pokoknya
Jokowi harus hancur dan hal ini bisa dilakukan melalui rekayasa isu SARA
untuk menggoncang pemerintahan sebagaimana yang selama ini telah
menghasilkan banyak kesuksesan di Timur Tengah dalam “perang perebutan
ladang minyak”nya. Dan Amerika punya sekutu yang sangat menguntungkan
yaitu Arab Saudi dan Turki yang memiliki jaringan dana, fatwa dan ulama
untuk mengimport ideologi wahabi radikal ke negeri ini yang akan
menciptakan konflik dan instabilitas dalam negeri.
Menjatuhkan
Ahok melalui isu SARA adalah langkah awal untuk bisa menjatuhkan Jokowi
dan kemudian menguasai Indonesia. Setelah isu Syiah gagal diterapkan
kini mereka ganti menghembuskan isu anti Cina dan anti PKI persis
seperti strategi dan propaganda CIA tahun 1965 lalu dengan aktor politik
Suharto dengan TNInya.
Ikhwanul muslimin (di Indonesia
menjadi PKS) dan Hizbut Tahrir (di Indonesia menjadi HTI) adalah
kelompok-kelompok yang turut memprovokasi kehancuran Suriah melalui demo
dan isu SARA yang mereka hembuskan. Jadi jangan heran jika huru hara
politik di negeri ini juga melibatkan kelompok yang sama. Saat Indonesia
terpecah karena perang saudara atas dasar SARA maka saat itulah
kekuatan asing akan masuk dan leluasa menguasai sumber-sumber daya alam
Indonesia yang kaya raya ini.
Orang bodoh akan selalu
dimanfaatkan dan dipermainkan oleh orang serakah yang cerdas dan culas.
Dan inilah yang sedang terjadi di negeri ini dimana sekumpulan orang
bodoh yang anti Amerika secara tanpa sadar justru sedang diperalat dan
dijadikan pion untuk membantu Amerika mendapatkan tujuan politik dan
ekonominya. Ini adalah masalah politik, duit dan kekuasaan dengan
menjual kedok agama, bukan masalah iman, Tuhan dan sorga neraka.....
Labels:
Mindset Disease,
Politics
Thanks for reading Operasi Intelijen Atas Nama Agama. Please share...!