Tulisan menarik Dr. KH. Wahfiudin Sakam, M.A.
(Wakil Talqin Abah Anom, TQN Suryalaya). Sahabat Ust Saad,,
Umat Islam Indonesia memang bakal gigit jari... terserah,y mau satu jari, dua jari, atau tiga jari...
Sy tdk percaya kedatangan Raja Salman krn memikirkan umat Islam Indonesia.
Dia datang lebih krn kepentingan negaranya sendiri, bahkan lebih sempit lagi, krn kepentingan *Dinasti Saud, demi diri dan keluarganya sendiri*.
Tak ada itu *dana (solidaritas) Islam*.
Dia arahkan kebijakan luar negerinya ke Timur (India, Malaysia, Indonesia, Jepang, bahkan RRT) krn gerak invèstasinya di Barat semakin sulit.
Dia arahkan kebijakan luar negerinya ke Timur (India, Malaysia, Indonesia, Jepang, bahkan RRT) krn gerak invèstasinya di Barat semakin sulit.
Ekonomi USA belum sembuh dari kehancuran akibat
krisis mortgage 2007, ditambah kebijakan Trump yg "America first", self
protective, dan anti-Islam.
Eropa, dengan bbrp negara
spt Yunani, Portugal, Spanyol terus mengalami krisis ekonomi; dan
keluarnya Inggris dari UE, semakin memberi ketidak pastian masa depan
untuk investasi.
RRT, INDIA, INDONESIA... tiga negara
dgn pertumbuhan ekonomi yg terbaik (relatif dari semua negara di dunia),
tiga negara berpenduduk terbesar yg siap menjadi market besar dunia,
lebih menjanjikan untuk investasi uang Dinasti Saud.
Benarkah Raja Salman bawa uang 325T untuk menutup hutang RI kpd RRT? Hahaha... nonsense... omong kosong...
Duit
gak kenal saudara pemiliknya (manusia)... duit gak akan keluar dari
sarangnya kecuali hanya untuk membawa pulang temannya lagi (sesama
duit).
Bagaimana Raja Salman mau nebar duit untuk umat
Islam Indonesia, kalau uang kematian korban robohnya crane di Masjidil
Haram yg dijanjikannya sendiri sudah bertahun-tahun belum bisa dia
bayarkan. Belum lagi janji untuk menghajikan keluarga korban "tragedi
Mina 2".
Bagaimana mau menebar uang untuk umat Islam,
kalau Saudi sendiri sdg berusaha "memeras" umat Islam dunia dgn
menaikkan harga visa Haji dan Umrah, menjadikan Haji dan Umrah sbg
"komoditi eksklusif" dgn "market yg captive", padahal tebar pesona
sebagai "Khadimul Haramain (pelayan dua Tanah Suci)".
Bagaimana
Saudi mau membebaskan umat Islam Indonesia dari terkaman RRT, kalau RRT
pemegang dana cadangan devisa terbesar di dunia (sekitar 3,5T US $),
kontraktor pembangunan jaringan kereta api di Saudi, juga kontraktor dan
investor besar pembangunan proyek2 infrastruktur di negara-negara Teluk
Arab.
Harga minyak dunia sdg turun, Saudi tak mau
menurunkan produksinya walau sdh ditekan OPEC, maka satu2nya cara
meningkatkan harganya dgn meningkatkan penjualannya, dan potensi pembeli
terbesarnya adalah RRT yg sdg haus enerji untuk pembangunan sektor
industrinya.
Itu sebabnya setelah dari Indonesia Raja
Salman akan ke RRT, untuk memperkuat kerjasama ekonomi dgn RRT. Dalam
"The Clash of Civilizations" S Huntington juga meramalkan, benturan
peradaban yang akan terjadi adalah antara Peradaban Barat dgn Peradaban
Islam (Arab?) Yg bersatu dgn Perdaban Konfusianisme (Cina?).
Kapitalis
Saudi tdk melihat umat Islam suatu negara sebagai saudara seagama. Apa
yg telah dibuatnya untuk "saudara-saudara seagamanya" di Mesir, Libya,
Palestina, Suriah, Iraq, dan Yaman yg berada dalam lingkungan
terdekatnya? Sepanjang tdk mendatangkan keuntungan ekonomi, tak ada
tindakan berarti yg dibuatnya untuk "saudara-saudara seagamanya" itu.
Kedatangannya
ke Indonesia, dengan siapa pertemuan-pertemuan pendahuluan dilakukan
untuk mempersiapkannya? Apakah dgn MUI, NU, Muhammadiyah, atau
Parpol-parpol Islam spt PKS, PAN, PPP, PKB? No, ini bukan kunjungan
keagamaan... ini kunjungan bisnis Kapitalis Saudi yg sdg mencari
saudaranya sesama kapitalis... Dan siapa kapitalis-kapitalis besar di
Indonesia? Lihatlah para pangeran Saudi itu, dengan siapa pertemuan2
bisnis mrk sdh diagendakan, di saat sang Raja melakukan acara seremonial
diplomasi kenegaraan? Pepatah tua mengatakan, orang kaya hanya bergaul
dgn sesama orang kaya...
Saudi dan RRT adalah dua
,kekuatan Kapitalisme yg didukung oleh Kekuasaan Otoriter (diktator?) yg
anti demokrasi. Apakah kunjungan Raja Salman akan memperkuat demokrasi
di Indonesia? No, bagi investor RRT dan Saudi, yg mereka harapkan
terjadi di Indonesia adalah *stabilitas politik* untuk mengamankan uang2
mereka di sini, tidak peduli apa agama penguasa di Indonesia, dan
bagaimana kekuasaan itu diraih dan dikelola, yg penting mantap dan
stabil.
Apakah kunjungan Raja Salman itu sama sekali
tidak ada pengaruhnya bagi keIslaman di Indonesia? Pasti ada dong, walau
serpihan-serpihan saja. Yg jelas kelompok dakwah Salafi Wahabi (SaWah)
akan makin kebanjiran dana. Bukan SaWah yg radikal, tapi SaWah yg anti
demokrasi, bahkan yg apolitis. Paling-paling hanya akan menambah
keributan soal *syirik, bid'ah, dhalalah, kafir...* dan enerji dakwah
hanya akan tersita di keributan soal itu, sebagaimana terjadi di Makkah
dan Madinah, lalu umat Islam terlalaikan dari pergulatan yg sesungguhnya
di pucuk-pucuk Kekuasaan dan Ekonomi negeri ini. Kapitalis Arab,
Kapitalis China, keduanya sama saja, tetap kapitalis. Fokus utamanya
cuma satu, uang.
Jalan menuju uang, yg harus dibangun oleh umat Islam Indonesia adalah: ENTREPRENEURSHIP !!!
Kalau jalan itu tak dikembangkan, silahkan jadi kuli dan jongos saja.
Jalan menuju uang, yg harus dibangun oleh umat Islam Indonesia adalah: ENTREPRENEURSHIP !!!
Kalau jalan itu tak dikembangkan, silahkan jadi kuli dan jongos saja.
SELAMAT DATANG *KAPITALIS RRT* DAN *KAPITALIS SAUDI*.
Kemarin
jadi kuli dan jongos Arab di Saudi, serta jadi kuli dan jongos China di
Hongkong, sekarang bersiaplah jadi kuli dan jongos Saudi dan China di
negeri sendiri, NKRI.
Uang bagaikan kawanan burung
bangkai yg terbang berkelompok di angkasa, berputar-putar mencari
mangsa. Di situ ada bangkai, di situlah mereka mendarat. Mereka tak
kenal kewarhanegaraan, ras/etnis, maupun agama...
Setelah
pelemahan ekonomi di Eropa, juga Amerika, terlebih dgn kebijakan Donald
Trump yg self-protection dan anti-Islam, kemana para Kapitalis Saudi
akan mengarahkan investasinya? Afrika yg dekat dgn Saudi, dari dulu tak
pernah menjanjikan.
Dengan GDP terbesar *kedua di
dunia*, dan Cadangan Devisa terbesar *nomor satu di dunia*, apalagi
dengan tekanan jumlah penduduk yg terus mendesak menjadi 1,5 milyar
orang, kemana Kapitalis RRT akan mengarahkan investasi luar negerinya?
India... paling banyak punya ahli IT dan Manajer.
Vietnam... paling kuat jaringan internetnya.
Malaysia... kuat entrepreneur-nya.
*Indonesia*...
letak geopolitisnya strategis, penduduknya banyak (sbg konsumer/market
yg kuat), sumber daya alamnya luas dan bervariasi, para pemimpinnya
*mudah dibeli*, mental kuli dan jongos rakyatnya cocok untuk jadi bahan
*tenaga kerja berbiaya murah*.
Ke Indonesia-lah, para Kapitalis Saudi dan Kapitalis RRT datang...
Memangnya Raja Salman datang ke Indonesia mau menyelesaikan *urusan Islam* dan *umat Islam* di Indonesia?
No... ini urusan investasi keluarga Saud, ya akhii...
No... ini urusan investasi keluarga Saud, ya akhii...
Bagaimana Raja Salman mau mengurus Islam di Indonesia, kalau:
1.
Raja Salman tak punya pengalaman mengurus umat sebanyak ini. Di Saudi
cuma ada sekitar 22 juta muslim, di Indonesia 220 juta muslim.
2.
Di Indonesia ada lebih banyak Perguruan Tinggi Agama Islam yg
menghasilkan *Sarjana-sarjana ahli Ilmu Agama Islam* daripada di Saudi.
Coba hitung, betapa banyak Indonesia punya pesantren, madrasah diniyah,
ibtidaiyah hingga aliyah, UIN, IAIN, STAIN, STAI Swasta, Universitas
Islam, kursus-kursus muballigh.
Saya tdk tahu, para
sarjana S1 hingga S3 Ilmu Agama Islam yg dihasilkannya, malah membawa
kemajuan bagi umat atau malah menjadi beban... karena kalau sdh sarjana,
lalu jadi pegawai atau pengajar, gaji dan fasilitas yg ditunutunya pun
semakin mahal... jadi muballigh pun tarifnya semakin tinggi... tapi *apa
dampaknya bagi perkembangan dakwah*? Entahlah...
Yg jelas, kerja "semut-semut pekerja dakwah" dari *Jamaah Tabligh*, yg door to door menjemput orang ke jalan iman, lebih banyak "mengIslamkan" orang daripada apa yg dilakukan oleh para sajana Perguruan Tinggi Agama Islam, karena mereka lebih sibuk antri jadi PNS (sekarang ASN) di Kemenag dgn menenteng ijasah-ijasah mereka.
Yg jelas, kerja "semut-semut pekerja dakwah" dari *Jamaah Tabligh*, yg door to door menjemput orang ke jalan iman, lebih banyak "mengIslamkan" orang daripada apa yg dilakukan oleh para sajana Perguruan Tinggi Agama Islam, karena mereka lebih sibuk antri jadi PNS (sekarang ASN) di Kemenag dgn menenteng ijasah-ijasah mereka.
3. Di
Indonesia lebih banyak organisasi dakwah dan harakah Islamiyah daripada
di Arab Saudi, dengan variasi mazhab fiqih, firqah aqidah, dan aliran
thariqah yg beragam, dengan corak yg fundamental, radikal, liberal, dan
sinkretis, lengkap dgn garis keras, garis lurus, dan garis lucu... Gak
akan sanggup Raja Salman memahami semua itu, apalagi memikirkan dan
menyelesaikannya...
4. Di Indonesia banyak terdapat
parpol-parpol Islam yg mengusung "politik demokrasi liberal", padahal
itu yg paling ditakuti oleh Dinasti Saud. Kalau semangat demokrasi
menular ke rakyat Arab Saudi, hancur itu kerajaan, dan anggota Dinasti
Saud akan dibunuhi seperti Saddam Husein dan Moammar Khadafi... Maka
Arab Springs berhenti di depan pintu Arab Saudi.
5. Di
Indonesia ada Ahok dan Sembilan Naga, justeru orang-orang spt itu yg
disukai para Kapitalis Saudi. Mrk pekerja keras, pebisnis ulung, pandai
membuat perkongsian...
Industri pabrikasi, konstruksi dan perdagangan di Arab Saudi sangat maju karena bekerjasama dgn para pebisnis China. Di pasar Ternate (pelosok Utara Maluku) toko-toko Arab dan China berdampingan sejak lama, begitu juga di Ambon.
Di Surabaya, Malang, Gresik, Pekalongan (pusat industri batik), Bogor (Empang), Palembang, Makassar... pebisnis Arab dan pebisnis China, dgn gaya berkongsi masing-masing, mereka berdagang bersama-sama di pasar, membangun pabrik, klinik, apotik, toko kelontong... gak pernah mereka konflik...
Travel Haji/Umrah di Indonesia pun banyak dikelola bersama oleh pebisnis Arab/Saudi dgn China.
Industri pabrikasi, konstruksi dan perdagangan di Arab Saudi sangat maju karena bekerjasama dgn para pebisnis China. Di pasar Ternate (pelosok Utara Maluku) toko-toko Arab dan China berdampingan sejak lama, begitu juga di Ambon.
Di Surabaya, Malang, Gresik, Pekalongan (pusat industri batik), Bogor (Empang), Palembang, Makassar... pebisnis Arab dan pebisnis China, dgn gaya berkongsi masing-masing, mereka berdagang bersama-sama di pasar, membangun pabrik, klinik, apotik, toko kelontong... gak pernah mereka konflik...
Travel Haji/Umrah di Indonesia pun banyak dikelola bersama oleh pebisnis Arab/Saudi dgn China.
6.
Raja Salman datang bukan untuk memberesi banjir Jakarta... justeru mrk
sangat menyukai hujan lebat, krn capek hidup di gurun kering. Juga bukan
untuk menyelesaikan macet Jakarta, krn orang Saudi tidak banyak tinggal
di Jakarta, senangnya di kawasan Puncak, Batu/Malang, daerah yg
sejuk-sejuk tapi banyak hidangan hangatnya...
6. Jadi untuk apa Raja Salman datang ke Indonesia? Untuk dagang, Bro... Untuk investasi, ya Akhii al-kiraam...
Pokoknya,
kalau umat Islam Indonesia tidak punya *semangat kemandirian*, sibuk
mengagungkan Turki dan Erdogan, sibuk berteriak soal Palestina dan
Suriah, bergantung pada duit Kapitalis Saudi dan RRT... serta tidak
membangun *ENTREPRENEURSHIP* yg kuat, maka bersiaplah:
Kemarin menjadi kuli dan jongos Arab di Saudi, menjadi kuli dan jongos China di Hongkong --- besok anak-cucu menjadi *kuli dan jongos Saudi dan China di NKRI...*
Kemarin menjadi kuli dan jongos Arab di Saudi, menjadi kuli dan jongos China di Hongkong --- besok anak-cucu menjadi *kuli dan jongos Saudi dan China di NKRI...*
Silahkan terus teriak-teriak NKRI,
Pancasila, Demokrasi dan Kebhinekaan... selama masih ada yg bayar untuk
berteriak... para Kapitalis akan membayarimu terus, agar kamu tidak
merecoki kerja dan investasi mereka...
Sumber : Sate Jawa
Foto ; Istimewa
Labels:
Political Economy
Thanks for reading Umat Islam Indonesia Bakal Gigit Jari. Please share...!