Penulis : Denny Siregar
Sejak lebaran
kuda, negara kita selalu impor minyak. Belum ada usaha meyakinkan untuk
membangun kilang2 minyak dalam usaha stop impor. Kenapa ? Karena impor
itu lebih murah biayanya, ga usah bangun kilang dengan nilai triliunan
rupiah. Dan - yang terpenting - ada fee yang bisa dibagi2 mulai dari
kumis atas sampe kumis bawah..
Bayangkan, selama tiga
tahun saja, Petral yang dulu menjadi makelar minyak, diperkirakan
mengantungi uang 250 triliun rupiah. Jadi wajar saja jika bapak Hatta
Radjasa yang dulu menangani migas sudah usaha untuk bangun kilang selama
10 tahun, ga bisa2. Mungkin bukan gak bisa, tapi gak mau.
Kilang
pengolahan minyak yang ada di negeri kita hanya bisa memasok kebutuhan
minyak 800 ribuan barrel per hari. Sedangkan kebutuhan minyak kita
mencapai 1,6 juta barrel per hari. Kilang-kilang itupun beberapa sudah
tua bahkan ada kilang yang "mati segan, hidup t e r l a l u.." kata bang
Oma.
Ketika Jokowi memimpin inilah situasi berubah. Petral dibubarkan, mafia digasak dan planning bangun kilang..
Situasi
kita diuntungkan dengan situasi Arab Saudi yang sedang kejepit
retsleting. Harga minyak yang jadi andalan mereka jatuh dan krisis
nasional mengancam. Bahkan IMF memperkirakan Saudi akan bangkrut di
tahun 2020. Karena itu Saudi harus mulai melirik investasi luar untuk
bertahan dari krisis.
Karena itulah Raja Salman melakukan roadshow, salah satunya ke Indonesia. Kenapa ke Indonesia ? Apa menariknya negara kita ?
Yang
menarik dari negara kita buat Saudi adalah konsumsi minyak kita sangat
besar. "Wah, ini bisa jadi pembeli tetap nih.." begitu mungkin kata Raja
Salman. Pake bahasa arab tentunya, tolong jangan jawab dengan
"aminnnn.." ya.
Kebetulan Saudi butuh banget duit dan
andalannya adalah Aramco ( Arabian-American Oil Company), perusahaan
minyak negara mirip Pertamina disini.
Maka Saudi datang ke calon investor, "Lu mau beli saham gua ngga ?".
"Harganya
jatuh, ogah gua.." Kata Investor. "Tenang, gua akan cari negara yang
bisa jadi pembeli minyak tetap, gua invest disana. Jadi, gua bangun
kilang di negara mereka, dimana mereka sendiri yang akan membeli
minyaknya.."
Si investor termenung sejenak. "Oke.
Jaminannya apa ?". Saudi bilang, "Ambil saham gua sekian persen. Gua
butuh duit nih untuk invest di negara itu.." Deal, merekapun langsung
memeluk pohon dan menari2 disekitarnya dengan iringan lagu india.
Rencana
itu kedengaran Jokowi dan ia langsung merangkul, "Selamat datang ke
Indonesia.." dengan logat Jawa yang medok. "Gimana kalo duitnya taruh
aja di Indonesia, bikin perusahaan patungan bersama. Kamu yang duitnya,
aku yang sediain tempat dan pembelinya adalah negaraku sendiri. Gimana
?" Senyum Jokowi sambil siap mengambil sepeda. "Ikan tongkol !!" Kata
Saudi dalam bahasa arab. Maksudnya. "Oke oceh.. Kita deal !!" Sambil
mengacungkan 3 jari. Apa maksudnya coba ??
Maka
datanglah Raja Salman disambut Jokowi dengan senyum terkembang.
"Akhirnya bisa bangun kilang juga Indonesia. Entuh Hatta Radjasa 10 taun
ngapain aja ?" Mungkin gituh pikir Jokowi sambil senyum2 kecil,
mengambil sandal jepit dan menyambit kepala Habib Rizieq diam2 dari
jauh. Habib Rizieq heran dan kembali menuduh Ahok yang melakukannya.
"Somasi !!" Teriaknya.
Maka ditekenlah perjanjian investasi pembangunan kilang Cilacap dengan nilai investasi sebesar 10 miliar dollar.
Semua
senang. Raja Salman bisa menaikkan harga saham Aramco supaya dapat duit
lebih waktu dijual dan Jokowi senang karena bisa bangun kilang tanpa
keluar duit sepersenpun.
Selain Cilacap, Jokowi juga
menerapkan konsep yang sama untuk pembangunan 3 kilang lainnya. Kalau
semua lancar, maka kebutuhan minyak kita sebanyak 1,61 juta barrel
terpenuhi.
Dan itu artinya, tahun 2023 Indonesia tidak akan pernah lagi impor minyak...
Jadi, kira2 yang hebat siapa ?
Ayo jawab.. Yang benar sana ambil sepedanya... Seruputtt..
Labels:
Politics
Thanks for reading Jokowi, Raja Salman dan IkanTongkol. Please share...!