-->

Wanita Cantik di Mata Pria

Wanita Cantik di Mata Pria
Wanita-wanita Berparas Menawan Hati

Copyright 2021 © Warta WA Terkini All Right Reserved

Era Soeharto, Era SBY, dan Era Jokowi

Judul Asli : *ARTIKEL SANGAT BERHARGA*

Jakarta, (WWT) - Pengakuan jujur Jusuf Kalla terhadap keberhasilan Joko Widodo dalam mengelolah negara, sehingga Indonesia perlahan lolos dari beban utang peninggalan era Soeharto dan masa SBY, yang telah membuat Indonesia harus menanggung utang hingga Rp. 6000 triliun dengan dalih 'subsidi,' yang hanya memperkaya dirinya sendiri dan konco-konconya; silahkan membaca tulisan berikut sampai selesai, agar kita paham mengapa kini Indonesia perlahan menjadi negara hebat di Asia dalam kurun waktu yang tidak terlalu di lama di era Joko Widodo.

_"PERJUANGAN MORAL JOKOWI bagi INDONESIA"_

Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla (JK) dalam sambutannya di acara "Simposium Ekonomi" di MPR RI, Senayan, mengatakan bahwa ada 2 kebijakan keliru yang dilakukan pemerintah era Soeharto dan SBY, sehingga menghabiskan anggaran Rp. 6000 triliun.

Kebijakan itu menjadi salah satu penyebab ketertinggalan Indonesia dari negara-negara tetangga. Satu kebijakan era Soeharto dan satu lagi era SBY.

Selama 32 tahun Soeharto berkuasa, tidak ada riak yang berarti untuk menghentikannya. Saat Soeharto jatuh, tatkala fundamental ekonomi yang disimpan rapat bertahun-tahun terbuka lebar oleh aksi George Soros terkuak.

Nyatanya berpuluh tahun kita menyimpan data busuk dan kebohongan. Tidak ada kekuatan ekonomi secara nyata. Tidak ada. Soeharto tidak punya rencana hebat untuk membuat Indonesia hebat dalam sektor ekonomi, kecuali hanya menggali lubang sedalam-dalamnya melalui hutang tanpa rencana ril untuk merubah Indonesia menjadi lebih baik.

Dari jumlah hutang yang digali Soeharto hanya 30% yang digunakan untuk membangun Indonesia. Selebihnya habis dikorup oleh mereka yang menopangnya menjadi penguasa selama 32 tahun.

Akibat kebijakan yang diambilnya sebelum jatuh adalah menanda tangani LoI dengan IMF sebagai blank cheque yang harus diselesaikan oleh rezim setelahnya. Beban masalah yang ditinggalkan Soeharto kalau dikurskan sekarang dan ditambah dengan bunga obligasi rekap mencapai Rp. 3000 triliun.

Era Habibie, Gus Dur, dan Megawati merupakan era tersulit bagi kita untuk berdamai dengan kenyataan. Indonesia dinyatakan sebagai negara insolvent. Semua financial resource tertutup. Pemasukan lebih kecil dari pada pengeluaran. Kehidupan politik tidak jelas.

Enam tahun proses transisi dari legislasi era Soeharto ke era reformasi seakan waktu terpanjang dalam sejarah. Selama itu tidak ada pembangunan real. Negara stuck.

Namun, akhirnya Indonesia bisa keluar dari proses transisi itu dengan terpilihnya SBY sebagai presiden secara demokrasi langsung. Harapan dipagut dan masa depan disongsong dengan ceria. 

Tapi apa yang terjadi? Selama 10 tahun SBY berkuasa, untuk mempertahankan kekuasaannya dia membakar uang sebesar Rp. 3000 triliun untuk subsidi.

Periode 2004 hingga 2014, subsidi energi rata-rata memiliki porsi sebesar 21% dari APBN dan mengalami porsi terbesar pada tahun 2008 yang mencapai 28%.

Di dalam subsidi energi, alokasi subsidi BBM adalah yang terbesar dengan mencaplok 80% dari seluruh subsidi energi. Dan menciptakan mega skandal dengan korupsi tak terbilang jumlahnya.

Andaikan uang sebanyak itu SBY gunakan untuk membangun jalan tol, maka kita sudah punya jalan tol Trans Sumatera dan Trans Jawa, juga kereta cepat Jakarta-Surabaya dan puluhan kawasan industri berskala internasional, puluhan bendung dan irigasi untuk ketahanan pangan, bahkan setiap kota besar sudah punya MRT.

SBY hanya bekerja membuat rencana dan membuang uang untuk ongkos politik, agar kekuasaanya stabil selama dua periode.

Era Soeharto kita abaikan, karena salah memilih pemimpin dan takdir kita berhasil mengubah tatanan politik yang diktator menjadi demokrasi.

Tetapi setelah demokrasi, kita justru melahirkan gerombolan maling yang menjarah lebih dahsyat dari 32 tahun Soeharto berkuasa.

Selama itu tidak ada gerakan agama yang hebat yang hendak menggulingkan Soeharto atau SBY. Tidak ada demo berjilid-jilid hendak menjatuhkannya.

Mengapa? Karena para tokoh agama maupun politik mendapat berkah uang dan konsesi bisnis dari politik lendir tebar uang oleh penguasa.

Era Jokowi, seorang yang bukan elite politik di tubuh partai, bukan jenderal berkaliber nasional, bukan konglomerat kaya dari bisnis rente, bukan pula tokoh budayawan atau agama yang selebritis.

Dia muncul ke panggung politik karena kehendak TUHAN. Tak ada satu pun kekuatan yang menghentikannya, ketika si tukang kayu krempeng itu masuk ke Istana Negara. Inilah takdir Indonesia dan TUHAN berbuat sesukaNya.

Ketika Jokowi berkuasa, subsidi yang memanjakan rakyat dihentikan. Anggaran direformasi secara fundamental dari berorientasi konsumsi ke produksi. Efisiensi anggaran dilakukan dengan sangat ketat.

Walau pun diawali dengan fundamental ekonomi yang retak karena current account defisit, Jokowi tetap melaju dengan agenda besarnya. Menciptakan kemandirian, bukan hanya lewat restruktur APBN dan hutang, tetapi juga revolusi mental dengan menghapus semua bisnis rente yang melahirkan mafia di semua lini.

Negeri para gangster diubahnya menjadi negeri para pekerja keras. Status quo didobraknya, menghentakan tatanan politik yang terbiasa hidup manja menipu rakyat.

Apa hasilnya? Hanya dua tahun berkuasa, semua rating internasional berkaitan dengan indeks korupsi, pembangunan, dan ekonomi membaik. Indonesia termasuk negara peringkat 3 terbaik ekonomi di antara anggota G-20.

Saya membayangkan setiap langkah Jokowi tidaklah mudah dan penuh resiko. Karena semua elite politik yang kini ada adalah bagian dari kekuasaan Orde Baru yang pernah merampok Indonesia meninggalkan beban kerugian  sebesar Rp. 3000 triliun dan juga bagian dari kekuasaan era SBY yang membakar uang negara sebesar Rp. 3000 triliun demi melanggengkan kekuasanya.

Semua mereka ingin, agar si tukang kayu ini dihentikan. Karena Jokowi bukan hanya menghancurkan kekuasaan mereka sebagai ladang bisnis mendatangkan harta mereka, tetapi juga menjadikan rakyat cerdas berpolitik dan mempermalukan elite politik di mana banyaknya elite politik terancam masuk bui karena aksi OTT KPK. Pesta usai.

Dulu, Ahok dijadikan pintu gerbang untuk menjatuhkan Jokowi dengan alasan menistakan agama. Dan dari keadaan ini, Jokowi berhasil keluar dengan selamat.

Kini, PERPPU Pembubaran Ormas Radikal dijadikan alasan untuk menjatuhkannya, karena dibilang anti demokrasi dan anti Islam.

Padahal, tidak ada dalam PERPPU itu yang menyebut Islam atau ormas tertentu. Namun, oleh para gangster mafia menciptakan semua kegaduhan ini, agar pesta kekuasaan kembali marak. Karena itu, emosi agama kembali dibenturkan.

Andaikan PERPPU itu ditolak DPR, maka ketahuilah kita bahwa agenda menjatuhkan Jokowi memang datang dari segala penjuru mata angin.

Apakah Jokowi akan jatuh? TUHANlah yang berhak menentukan siapa yang pantas berkuasa dan setiap orang yang berkuasa adalah cobaan bagi rakyat.

Usia saya lebih dari 50 tahun. Saya adalah generasi gagal, karena tak bisa berbuat banyak menghentikan Soeharto dan penikmat subsidi BBM era SBY, yang membakar uang ribuan triliun.

Apa yang saya lakukan sekarang adalah berusaha setiap hari berbuat kebaikan, agar negara ini lebih baik. Melalui tulisan, lewat interaksi dengan teman-teman politisi dan aktivis, saya berusaha menyampaikan pesan moral bahwa "bukan sistem yang menjadi masalah, tetapi akhlak kita yang buruk."

Marilah kita memperbaiki moral. Sudahilah niat mengubah sistem, agar impian makmur menjadi kenyataan. Perbaiki akhlak dan perbaiki etos kerja, maka rahmat TUHAN akan datang by the time.

Marilah kita bersama-sama menjadi KEKUATAN MORAL untuk menghadang semua niat mereka yang ingin merusak negeri ini dengan alasan agama, budaya, suku, ras, antara golongan, atau apalah.

Kita membela Jokowi bukan bertujuan politik, tetapi demi kekuatan moral sebagai orang Indonesia. Jadilah gerakan moral untuk mendukung orang baik, agar semakin berprestasi baik bagi pembangunan negeri kita tercinta Indonesia.

_SEMOGA BERMANFAAT dan MENAMBAH ILMU serta MENAMBAH WAWASAN KITA SEMUA._

Silahkan bantu viralkan tulisan ini ke seluruh anak negeri Indonesia di mana pun mereka berada.

*#JokowiPeriode2* *#BravoJokowi* *#JokowiBapaBangsa* *#JokowiPresidenKita* *#JokowiDuaPeriode* *#Jokowi2Periode* *#JokowiYes* *#ParaStarPublicRelations*

Sumber : Sate Jawa
Foto : Istimewa
Labels: Politics

Thanks for reading Era Soeharto, Era SBY, dan Era Jokowi. Please share...!

Orang yang Berpengetahuan Luas, pasti banyak Temannya

Orang yang Berpengetahuan Luas, pasti banyak Temannya
Jendela Pengetahuan

Translate

Back To Top