Kisah dari dosen yang naik becak di Pekalongan
|
Pekalongan, (WWT) - Sendirian di kota Pekalongan, sambil menunggu istri yang lagi dijemput dari Semarang, apalagi perut udah mulai lapar, membuat keisenganku timbul. Kucarter abang becak untuk mengantarkanku ke jalan Sulawesi, untuk menikmati Nasi Uwet. Konon ini makanan favorit di kota Pekalongan.
Kebetulan abang becaknya baik sekali. Dia menawarkan diri menunggu untuk mengantarkanku pulang ke hotel Santika. Lah dari pada nunggu, ya udah aku ajak makan sekalian. Dengan sangat sopan dia menolak, walaupun sudah kupaksa. Akhirnya diam-diam aku belikan saja satu bungkus nasi uwet berikut daging dan telur. Dia kaget sekali ketika kuserahkan bungkusan itu dan berkata, “Alhamdulilah, hari ini anakku kesampaian makan nasi uwet.”
Dalam perjalanan pulang, dia cerita bahwa anaknya pengin sekali makan nasi uwet, tapi terpaksa ditunda sudah sebulan lebih. Penghasilannya mengayuh becak saat ini sudah semakin menipis sejalan dengan maraknya transportasi online yang jauh lebih murah, cepat dan nyaman. Kasihan juga ya perjuangan hidup orang-orang kecil yang terpinggirkan oleh kemajuan tehnologi.
Iseng-iseng aku tanyakan apakah ndak minat ngayuh becak di Jakarta.
*Jawabannya benar-benar mengejutkan,*
“ *Hanya orang ndak waras yang mengijinkan becak kembali beroperasi di Jakarta. Itu hanya menyusahkan semua orang. Jalanan jadi tambah macet dan bagaimana mungkin bisa bersaing dengan online, wong di Pekalongan aja kita tersisih*. ”
*Aku sampai melongo mendengarnya. Ternyata dia lebih waras dari yang ono*.
Sumber : Sate Jawa
Foto : Istimewa
Labels:
Kearifan Lokal
Thanks for reading Tukang becak bijaksana dari Pekalongan. Please share...!