Virus Corona vs Bursa Saham |
Jakarta (WWT) - Sekarang ini sudah terlalu banyak ilmu komunikasi yang diterapkan di masyarakat. Sehingga semua dapat menjadi mungkin, atau hanya analisis, setelah kejadian.
Silahkan simak analisa di bawah ini, bisa jadi kebetulan, atau ilmu cocok mencocokan, atau memang sebuah kebenaran.
Silahkan Anda simak dan renungkan sendiri....
Efek propaganda "Corona" ternyata meng -KO- pasar saham dunia. China memang jeli (jadi ingat "belajarlah sampai ke negeri china)
Kampanye di balik Coronavirus. ( Revolusi mental).
Saya menerima banyak sekali video lucu dari China tentang parodi masker. Ini sebetulnya cara rakyat China protes atas sikap lebai pemerintah terhadap Viruscorona. Pemerintah China memang melakukan propaganda terhadap wabah Virus Corona ini. Tapi media barat terpancing membantunya. Ya kena jebakan badman. Hampir semua kota besar di China seperti kota Mati dan mencekam. Photo itu dibumbui dengan berita bahwa sepi itu karena wabah dan rakyat takut keluar rumah. Padahal dari tanggal 21 sampai dua minggu kedepan, seluruh China sedang melaksanakan Imlek. Ini libur nasional terpanjang di China. Semua orang kota kembali ke desa ke kampung halamannya. Ya sama seperti di Indonesia, kalau lebaran, kota jadi sepi.
Tapi dahsatnya propaganda penanggulangan Wabah itu membuat pasar modal Eropa terjerembab. Engga tanggung tanggung , kemarin pasar eropa kehilangan kakayaan sebesar USD 180 miliar atau lebih dari Rp. 2000 triliun menguap. Bursa Asia semua merah, termasuk Jakarta. Bursa saham Wall Street juga mengalami nasib yang sama, indeks Dow Jones turun 453,93 poin atau 1,57% ke level 28.535,80 dan menghapus kenaikan selama 2020. Indeks S&P 500 turun 1,6% menjadi 3.243,63. Nasdaq Composite mengalami hari terburuk sejak Agustus, turun 1,9% menjadi 9.139,31.
Kemarin saya teleconference dengan teman di London. Dia bilang, China tidak perlu kirim rudal ke negara lain, cukup dengan berita issue wabah viruscorona telah membuat para kapitalis terjerembab dengan korban kerugian asset tidak terbilang. Itu reaksi spontan bagi pemain bursa yang retail. Sementara pemain besar hanya tersenyum. Ketika pemain retail panik, pemain besar bukannya panik, malah semakin mendorong media massa terus memberitakan kepanikan itu agar mereka terus bisa beli saham di harga jatuh. Pemain hedge fund selalu ada cara menciptakan excuse untuk profit taking.
Artinya ketika wabah virus melanda China, bursa terkena wabah diare. Ini menunjukan bahwa harga kehidupan itu sangat mahal. Tidak bisa dibeli dengan apapun. Orang panik karena kematian itu sangat menakutkan. Para kapitalis sangat paham itu. Orang yang mudah euforia dengan kesehatan dan kekayaan, juga mudah paranoid dengan kematian. Karena mabuk dunia. Termasuk mereka yang ada di Indonesia yang paranoid dengan viruscorona. Mengaku beragama tapi mental sekular. Dan rakyat China hanya menyaksikan propaganda itu dengan parodi lucu lucuan.
Stimmt es? ....Mboh......๐๐๐
Sumber : Sate Jawa
Foto : Istimewa
Kembali ke Kumpulan Artikel Ekonomi Politik
Bela Negara
Berjuang berdasarkan Pancasila dan UUD'45, sesuai dengan Sejarah Bangsanya
Penghianat
Berjuang untuk memanipulasi Sejarah Bangsanya
#SadarSejarahNusantara
#PerpustakaanTanahImpian
Kembali ke Kumpulan Artikel Ekonomi Politik
Bela Negara
Berjuang berdasarkan Pancasila dan UUD'45, sesuai dengan Sejarah Bangsanya
Penghianat
Berjuang untuk memanipulasi Sejarah Bangsanya
#SadarSejarahNusantara
#PerpustakaanTanahImpian
Labels:
Political Economy
Thanks for reading Virus Corona vs Bursa Saham. Please share...!