Ingat mas menteri. Kami menolak wacana Wisata Halal dan Program Oke Oce.
Pantai akan terus berbikini dan babi guling tetap jadi andalan kami. Arak dan Tuak akan tetap jadi minuman favorit kami.
Sebelum kamu lahir tanah kelahiran kami sudah mendunia. Pariwisata yang jadi andalan nomor 2 negeri ini. 70% nya adalah Bali.
Ingat masukanku tentang bikin sistem IT yang bagus. Bikin kayak Google map. Jadikan teknologi sumber informas destinasi yang wisatawan inginkan. Direktori tempat ibadah. Tempat makan. Tempat belanja. Tempat berenang pake bikini. Tempat nongkrong. Tempat Yoga. Anything. Indonesia itu besar. Potensinya juga sangat besar. Fokus di SDM-nya.
Gak perlu bawa wacana halal haram di sini.
Gak perlu jadikan Bali sapi perah yang di masa pandemi melanda justru kondisinya paling parah.
Jangan utak-atik Bali.
Aku akan terus bersuara.
Dan aku yakin saudara-saudaraku di NTT, Toba, Manado dan yang lainnya juga akan memperjuangkan tanah kelahirannya.
Paham mas menteri ?
Jadi menteri pariwisata di zaman pandemi bukan hal yang mudah. Posisimu sangat krusial. Pakai ide yang _out of the box_ tanpa harus mengkotak-kotakkan.
Duduk bersama pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di 34 propinsi. Tak cukup hanya dengan kepala dinas saja.
Mereka bisa kasih kamu input berharga dengan biaya minimal. Bahkan gratis.
Anggaran yang kementrian punya gunakan untuk pemberdayaan. _RESULT ORIENTED_. Bukan cuma jadi ajang bakar uang.
Karena duit yang kamu gunakan bukan diambil dari daun pohon kamboja.
Anggaran kementrian adalah uang negara. Gunakan Rp. 4,9 Trilyun dengan bijak untuk pemulihan pariwisata fokus pada _Experience Destination_ (manjakan wisatawan domestik).
_Quality Tourism_ berbasis budaya kearifan lokal. Pemberdayaan SDM Ekonomi kreatif _go digital_.
Kalau mas menteri sudah dikasih masukan gratis sama tukang sepatu masih juga gak mau tahu...
Itu namanya TERLALU 😤
Niluh Djelantik
Sumber : Sate Jawa
Foto : Istimewa